Banjir Kota Makassar

Banjir hanya satu dari sekian banyak masalah yang dihadapi Kota Makassar disebabkan kerusakan lingkungan. Permasalahan ini menuntut perhatian penuh, semacam utang yang harus segera dilunasi, kalau tidak bakal terus berbunga dan makin membengkak kerusakannya ataupun dampaknya. Setiap tahun Kota Makassar disesaki persoalan drainase, bangunan yang tidak terkontrol hingga menjadi kota ruko serta persoalan sampah. Semua masalah tersebut menumpuk bertahun-tahun termasuk masalah makin sempitnya lahan hijau.
Perubahan status kota menjadi sebuah kota metropolitan memang berdampak pada semua lini diantaranya akan berdampak pada lingkungan kota itu sendiri. Makassar yang diidamkan akan menjadi kota dunia harus segera berbenah diri. Mulai dari sikap pemerintahannya maupun prilaku masyarakatnya.

Makassar menjadi pusat mobilitas yang begitu besar dengan wilayah yang cukup sempit? Begitu juga Perekonomian yang ada menjadi barometer bagi kemajuan dan kestabilan pembangunan dibanding dengan kota-kota lainnya. Namun sebagai kota metropolitan, Makassar dirundung banyak persoalan dan masalah yang menyebabkan semakin terpuruk diantaranya persoalan lingkungan yang dihadapi.

Sejumlah pihak angkat bicara terkait bencana banjir Mulai dari Masyarakat itu sendiri hingga Akademisi, yang seakan menjadi agenda rutin tahun dalam beberapa tahun ini. Yarohman (Kikuk) Akademisi salah satu Perguruan Tinggi Di Kota Makassar berpendapat bahwa banjir tahunan ini ekses dari penataan kota buruk dan masih marak penimbunan pantai oleh pemerintah dan swasta.“Banjir di Makassar rutin karena tata kota tidak berpihak kepada lingkungan, pada pentingnya konservasi hutan kota, resapan air serta tata kelola drainase pemukiman. Reklamasi pantai semborono, salah satu penghalang air buangan dari kota, apalagi jika isu drainase kota gagal diantisipasi pemkot,” ujar dia.

Menurut dia, persoalan banjir ini klasik hingga sulit mengharapkan solusi konkrit dari pemerintah. Langkah pemkot selama ini sangat tak efektif karena insidentil dan tak berkelanjutan, terkadang kontraproduktif.  Dia mencontohkan, ketika warga protes kanal dan muara sungai menyempit, pemerintah justru melonggarkan izin pendirian mal dan perumahan elit. Ketika sampah kota menyerbu aliran sungai, pemkot justru mendukung mereklamasi wilayah resapan air. “Luasan ekosistem pesisir menjadi berkurang karena konversi makin intensif di beberapa wilayah pesisir dari arah selatan hingga timur kota.”

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "Banjir Kota Makassar"

Post a Comment